Senin, 17 Desember 2012

Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu bukan seorang munafik (bantahan untuk Rafidhah)

Ada seorang Syi'ah di http://secondprince.wordpress.com/2011/06/28/apakah-abu-musa-al-asy%E2%80%99ari-seorang-munafik/  yang menuliskan sesuatu dengan style bertanya :
"Apakah Abu Musa Al Asy’ari Seorang Munafik?"
Lalu dia membawakan beberapa atsar diantaranya :

حَدَّثَنِي ابن نمير حدثني أبي عن الأعمش عن شقيق قَال كنا مع حذيفة جلوسًا ، فدخل عبد الله وأبو موسى المسجد فقَال أحدهما منافق ثم قَال إن أشبه الناس هديًا ودلاً وسمتًا برسول الله صلى الله عليه وسلم عبد الله

Telah menceritakan kepadaku Ibnu Numair yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku dari Al A’masy dari Syaqiiq yang berkata kami duduk bersama Hudzaifah kemudian masuklah Abdullah dan Abu Musa kedalam masjid, Hudzaifah berkata “salah satu dari mereka berdua adalah munafik” kemudian ia berkata “orang yang menyerupai Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dalam hal petunjuk, ciri dan gerak geriknya adalah Abdullah” [Ma’rifat Wal Tarikh Yaqub Al Fasawiy 2/771]
Sampai akhirnya dia kemudian berkata :
"Tentu saja hal ini menjadi dilema yang sangat meresahkan. Kalau Abu Musa Al Asy’ari dinyatakan sebagai munafik maka bagaimana nasib hadis-hadis yang diriwayatkannya padahal cukup banyak hadis-hadisnya yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Mungkinkah Huzaifah keliru? atau mungkin lebih aman menolak hadis Huzaifah yang satu ini daripada menolak berbagai hadis Abu Musa yang tersebar dalam kitab Shahih."

Setelah membaca tulisan orang Syi'ah ini (dan tulisan2 dia lainnya), saya pribadi hanya bisa tersenyum lucu...
Ya, tersenyum lucu karena tidak dulu, tidak sekarang, karakter orang Syi'ah memang selaluu saja seperti itu, tidak pernah berubah. Selalu dan selalu menjadikan para sahabat radhiyallaahu 'anhum sebagai "incaran" syubhat utama mereka.
Ada yang menebarkan syubhat secara kasar dan terang2an, namun tidak sedikit pula yang secara halus dan malu2. Namun, baik yang kasar maupun halus dan malu2, intinya sama saja, tidak ada bedanya.
Serigala itu tetaplah dikenali melalui lolongannya, baik lolongannya itu pelan ataupun keras. Baik ia berpura-pura menjadi domba ataupun tetap menampakan taring srigalanya.
Begitupula dengan orang Syi'ah.
Baik ia menyampaikan syubhatnya secara halus, malu2, pura2 blo'on, pura2 bertanya, ataupun dengan kasar, dan terang2an, intinya tetap sama saja Syi'ah si pemilik penyakit kronis, yaitu penyakit sentimen kepada sahabat2 Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Nah, si pemilik blog ini nampaknya memilih jalan halus dan malu2.
Dengan "malu2 serigala" dia menyampaikan syubhatnya dengan gaya bertanya : "Apakah Abu Musa Al Asy’ari Seorang Munafik?"
Ya memang, gaya bertanya seperti ini efektif untuk menyanggah balik apabila nantinya -misalnya- dia dituduh telah mencela sahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, maka dengan mudah dia bisa berapologi -misalnya- dengan : "Saya kan hanya bertanya, bukan menetapkan."
Dasar pengecut.

Ok, untuk tidak berpanjang-panjang, langsung saja kita jawab syubhat murahan orang Syi'ah ini....
Jika dia "bertanya" :
"Apakah Abu Musa Al Asy’ari Seorang Munafik?"
Maka, kita jawab saja langsung tuntas dengan : "Bukan."
Sebab sesungguhnya Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dengan tegas telah menetapkan keutamaan 'Abdullah bin Qais atau lebih dikenal dengan Abu Musa al-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu ini dan juga mendo'akan beliau dengan kebaikan kelak di akhirat nanti.

Mari kita perhatikan 2 riwayat berikut.....
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-nya :
حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عبدالله بن نمير ح وحدثنا ابن نمير حدثنا أبي حدثنا مالك ( وهو ابن مغول ) عن عبدالله بن بريدة عن أبيه قال
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن عبدالله بن قيس أو الأشعري أعطي مزمارا من مزامير آل داود
 "...............
dari 'Abdullah bin Buraidah dari ayahnya ia berkata : "Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Sesungguhnya 'Abdullah bin Qais atau Al-'Asy'ari telah diberikan mizmar dari mizmar2 keluarga nabi Dawud 'alaihissalaam."
(Shahih Muslim 1/546 no.793)

Apakah mungkin seorang munafik mendapatkan keutamaan sebesar ini dari Allah bahkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyandingkan namanya bersama nama seorang Nabi??
Jawabnya : "Sungguh, tidak mungkin."

Maka, hadits ini menjadi satu bukti kuat bahwa Abu Musa radhiyallaahu 'anhu, bukanlah seorang munafik.

Dan imam Muslim rahimahullah juga meriwayatkan :
حدثنا عبدالله بن براد أبو عامر الأشعري وأبو كريب محمد بن العلاء ( واللفظ لأبي عامر ) قالا حدثنا أبو أسامة عن بريد عن أبي بردة عن أبيه قال
لما فرغ النبي صلى الله عليه و سلم من حنين بعث أبا عامر على جيش إلى أوطاس فلقي دريد بن الصمة فقتل دريد وهزم الله أصحابه فقال أبو موسى و بعثني مع أبي عامر قال فرمي أبو عامر في ركبته رماه رجل من بني جشم بسهم فأثبته في ركبته فانتهيت إليه فقلت يا عم من رماك ؟ فأشار أبو عامر إلى أبي موسى فقال إن ذاك قاتلي تراه ذلك الذي رماني قال أبو موسى فقصدت له فاعتمدته فلحقته فلما رآني ولى عني ذاهبا فاتبعته وجعلت أقول له ألا تستحي ؟ ألست أعرابيا ؟ ألا تثبت ؟ فكف فالتقيت أنا وهو فاختلفنا أنا وهو ضربتين فضربته بالسيف فقتلته ثم رجعت إلى أبي عامر فقلت إن الله قد قتل صاحبك قال فانزع هذا السهم فنزعته فنزا منه الماء فقال يا ابن أخي انطلق إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فأقرئه مني السلام وقل له يقول لك أبو عامر استغفر لي قال واستعملني أبو عامر على الناس ومكث يسيرا ثم إنه مات فلما رجعت إلى النبي صلى الله عليه و سلم دخلت عليه وهو في بيت على سرير مرمل وعليه فراش وقد أثر رمال السرير بظهر رسول الله صلى الله عليه و سلم وجنبيه فأخبرته بخبرنا وخبر أبي عامر وقلت له قال قل له يستغفر لي فدعا رسول الله صلى الله عليه و سلم بماء فتوضأ منه ثم رفع يديه ثم قال اللهم اغفر لعبيد أبي عامر حتى رأيت بياض إبطيه ثم قال اللهم اجعله يوم القيامة فوق كثير من خلقك أو من الناس فقلت ولي يا رسول الله فاستغفر فقال النبي صلى الله عليه و سلم اللهم اغفر لعبدالله بن قيس ذنبه وأدخله يوم القيامة مدخلا كريما
قال أبو بردة إحداهما لأبي عامر والأخرى لأبي موسى
"..............
dari Abi Burdah dari ayahnya ia berkata :...........
...........................
Maka aku (Abu Musa al-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu) berkata : 
"Mohonkanlah ampunan untukku ya Rasulullah."
Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Ya Allah, ampunilah dosa 'Abdullah bin Qais dan masukanlah ia di hari kiamat nanti ke tempat yang mulia."
(Shahih Muslim 4/1943 no.2498)

Apakah mungkin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam mendo'akan seorang munafik agar mendapatkan tempat yang mulia di hari kiamat nanti??
Jawabnya : "Sungguh, tidak mungkin."

Maka, hadits ini menjadi bukti ke-2 bahwa Abu Musa radhiyallaahu 'anhu, bukanlah seorang munafik. 
So, dengan 2 keutamaan yang ada di dalam 2 hadits di atas, cukuplah bagi kita untuk menjawab syubhat murahan bernada pertanyaan aneh dari orang Syi'ah di atas.

Adapun kemudian dengan lebih lucunya orang Syi'ah itu ada mengatakan :
Selain hadis ini ada lagi hadis keutamaan Abu Musa yang diriwayatkan oleh Abu Musa sendiri. Kalau ia mau menjadikan hadis ini sebagai hujjah untuk menolak hadis Huzaifah maka maaf itu hujjah buat dirinya sendiri tetapi tidak menjadi hujjah yang cukup bagi mereka yang objektif. Orang yang berpegang pada atsar Huzaifah bisa saja menjawab dengan berkata “Abu Musa itu adalah munafik berdasarkan riwayat shahih Huzaifah maka kesaksian munafik atas dirinya tidak menjadi hujjah”

Dia bilang bahwa riwayat dari Abu Musa radhiyallaahu 'anhu sendiri tidak cukup menjadi hujjah bagi mereka yang objektif??
Objektif macam apa yang dia maksud??
Huh....objektif ala Syi'ah-kah??
Orang Syi'ah itu benar2 ngaco....

Padahal Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam saja tetap menerima kesaksian seorang yang dituduh dengan munafik, bahkan kemudian membelanya, sebagaimana pernah terjadi dalam satu kasus berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَادَةَ أَخْبَرَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا سَلِيمٌ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا
"...............
Bahwa Mu'adz bin Jabal radhiyallaahu 'anhu shalat bersama Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, kemudian ia datang kepada kaumnya dan shalat bersama mereka. Maka dalam shalanya, ia membaca surat Al-Baqarah.
Jabir radhiyallaahu'anhu berkata : "Maka seorang laki2 keluar dari shaf dan iapun lalu shalat sendiri dengan shalat yang ringan.
Ketika hal itu disampaikan kepada Mu'adz, iapun berkata : "Sesungguhnya laki2 itu adalah seorang munafik."
Hal itu disampaikan kepada laki2 tersebut, maka iapun datang kepada Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah suatu kaum yang bekerja menyiram ladang, dan sesungguhnya Mu'adz shalat bersama kami dengan membaca surat Al-Baqarah sehingga sayapun keluar dari shaf. Maka iapun menyangka bahwa saya adalah seorang  munafik."
Maka Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Wahai Mu'adz, apakah engkau hendak membuat fitnah?"
.....................
(Shahih al-Bukhari 8/26 no.6106)

Bukankah jelas dalam hadits di atas, Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tetap menerima kesaksian seorang yang dituduh dengan munafik, bahkan kemudian membelanya??
Maka begitupula dalam masalah ini...
Maka begitupula dengan Abu Musa radhiyallaahu 'anhu.
Penegasan dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam akan keutamaan Abu Musa radhiyallaahu 'anhu dan do'a dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam kepada Abu Musa radhiyallaahu 'anhu melalui riwayat dari Abu Musa radhiyallaahu 'anhu sendiri, itu sudah lebih dari cukup untuk membela Abu Musa radhiyallaahu 'anhu dan meng-clearkan masalah ini.

Selanjutnya...
Mengenai ucapan orang Syi'ah itu :
......maka kesaksian munafik atas dirinya tidak menjadi hujjah”
Ada 2 hal yang saya lihat dari tulisan orang Syi'ah di atas ini...

Pertama :
Ini adalah cara berpikir yang kebalik.
Yang benar adalah bahwa Abu Musa radhiyallaahu 'anhu itu adalah seorang mu'min yang memiliki keutamaan yang telah ditetapkan oleh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam di masa hidup beliau sebagaimana disebutkan dalam 2 hadits di atas, dan perkataan siapapun yang menyelisihinya dan bertentangan dengan perkataan Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, maka itu adalah lemah dan tidaklah diterima sebagai hujjah.

Kedua :
Di awal2 dia berlagak blo'on se-akan2 hanyalah sekedar bertanya mengenai diri Abu Musa al'-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu ini.
Tapi, kemudian, dia mengatakan : "maka kesaksian munafik atas dirinya tidak menjadi hujjah”,
dengan menegaskan kemunafikan Abu Musa namun dengan liciknya dia mengatasnamakan  "orang yang berpegang pada atsar Huzaifah..", padahal siapakah orang yang berpegang kepada atsar dari Hudzaifah radhiyallaahu 'anhu itu selain dirinya sendiri selaku si penulis syubhat ini??
Justru ucapannya ini se-olah2 malah menunjukan bagaimana sikap dia sendiri di dalam permasalahan ini.

Pada akhirnya, jika orang Syi'ah itu mengatakan :
"Tentu saja hal ini menjadi dilema yang sangat meresahkan. Kalau Abu Musa Al Asy’ari dinyatakan sebagai munafik maka bagaimana nasib hadis-hadis yang diriwayatkannya
Maka kita katakan kepadanya :
"Adapun ahlus-Sunnah sedikitpun tidak pernah merasa resah dan merasa dilema dengan 'Abdullah bin Qais Abu Musa al-'Asy'ari radhiyallaahu 'anhu ini. Persaksian dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam atas diri beliau radhiyallaahu 'anhu telah cukup menentramkan kami.
Ya, kami tidak akan pernah seperti anda ataupun orang2 Syi'ah lainnya yang memiliki penyakit turunan yaitu selalu merasa resah dan gelisah apabila nama sahabat2 Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam saja yang disebut."

Allaahul-Musta'an.

2 komentar:

  1. Salam, mohon tanggapan pada artikel bantahan ini

    http://secondprince.wordpress.com/2014/01/08/abu-musa-bukan-seorang-munafik-bantahan-untuk-nashibiy/

    BalasHapus
  2. Sudah ditanggapi akh.
    Terima kasih atas informasinya.
    Barakallaahu fiik.

    BalasHapus