Mungkin kita pernah atau sering mengalami hal ini, yakni saat kita melakukan sesuatu, entah itu pekerjaan di kantor, entah di rumah kita, dan yang lainnya, maka kita mendengar suara adzan atau iqamah dikumandangkan dari masjid.
Lalu, apa yang harus kita lakukan dalam kondisi seperti itu?
Berkenaan dengan hal ini, maka mari kita perhatikan salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari rahimahullah, beliau berkata :
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata : “Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam dari Ibrahim dari Al-Aswad, dia berkata :
“Aku bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha : “Apakah yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di rumah beliau?”
Maka ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha menjawab : “Beliau mengerjakan pekerjaan keluarganya (yaitu membantu keluarganya), dan apabila waktu shalat telah tiba, maka beliau pergi keluar untuk menunaikan shalat.”
(Shahih al-Bukhari 1/136 no.676)
حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا الْحَكَمُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ مَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ قَالَتْ كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, ia berkata : “Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam dari Ibrahim dari Al-Aswad, dia berkata :
“Aku bertanya kepada ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha : “Apakah yang biasa dilakukan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di rumah beliau?”
Maka ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha menjawab : “Beliau mengerjakan pekerjaan keluarganya (yaitu membantu keluarganya), dan apabila waktu shalat telah tiba, maka beliau pergi keluar untuk menunaikan shalat.”
(Shahih al-Bukhari 1/136 no.676)
Ini merupakan salah satu hadits yang mengabarkan mengenai kebiasaan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila sedang berada di rumah, yakni bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam merupakan seorang suami dan ayah yang walau bagaimanapun banyaknya kesibukan beliau, akan tetapi tetaplah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak melupakan untuk senantiasa membantu keluarganya.
Tentang hadits ini, Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah mengatakan :
وقد وقع مفسرا في الشمائل للترمذي من طريق
عمرة عن عائشة بلفظ ما كان إلا
بشرا من البشر : يفلي ثوبه ، ويحلب شاته ، ويخدم نفسه ولأحمد وابن حبان من
رواية عروة عنها يخيط ثوبه ، ويخصف نعله
“Riwayat ini telah disebutkan perinciannya dalam kitab Asy-Syamail oleh imam At-Tirmidzi rahimahullah melalui jalur Amrah dari ‘Aisyah yaitu : “Tidaklah beliau melainkan seorang manusia sebagaimana manusia lainnya. Beliau membersihkan kainnya, memerah susu kambing dan mengerjaka urusan pribadi lainnya.”
Dan dalam riwayat imam Ahmad rahimahullah, serta ibnu Hibban rahimahullah dari ‘Urwah dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha dikatakan : “Beliau menjahit pakainnya dan memperbaiki sandalnya.””
(Fath al-Bari 2/191)
Kemudian Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah menambahkan :
“Riwayat ini telah disebutkan perinciannya dalam kitab Asy-Syamail oleh imam At-Tirmidzi rahimahullah melalui jalur Amrah dari ‘Aisyah yaitu : “Tidaklah beliau melainkan seorang manusia sebagaimana manusia lainnya. Beliau membersihkan kainnya, memerah susu kambing dan mengerjaka urusan pribadi lainnya.”
Dan dalam riwayat imam Ahmad rahimahullah, serta ibnu Hibban rahimahullah dari ‘Urwah dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha dikatakan : “Beliau menjahit pakainnya dan memperbaiki sandalnya.””
(Fath al-Bari 2/191)
Kemudian Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah menambahkan :
وفيه الترغيب في التواضع وترك التكبر وخدمة الرجل أهله وترجم عليه المؤلف في الأدب " كيف يكون الرجل في أهله
“Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk bersikap tawadhu,
meninggalkan sikap angkuh dan anjuran bagi para lelaki untuk membantu
pekerjaan keluarganya.”
(Fath al-Bari 2/191)
Dan Ibnu Bathal rahimahullah menambahkan :
“Bahwasannya para imam dan para ulama, maka mereka terbiasa untuk menyelesaikan keperluan2nya oleh diri mereka sendiri, dan hal ini merupakan salah satu amal perbuatannya orang2 shalih.”
(Syarh Shahih al-Bukhari 2/296)
Tapi yang paling pokok dalam masalah ini adalah bahwa dalam hadits inipula terdapat petunjuk bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, meski beliau sedang mengerjakan sesuatu, namun apabila shalat hendak didirikan, maka beliau akan segera meninggalkan keperluannya itu dan segera pergi menuju shalat.
(Fath al-Bari 2/191)
Dan Ibnu Bathal rahimahullah menambahkan :
“Bahwasannya para imam dan para ulama, maka mereka terbiasa untuk menyelesaikan keperluan2nya oleh diri mereka sendiri, dan hal ini merupakan salah satu amal perbuatannya orang2 shalih.”
(Syarh Shahih al-Bukhari 2/296)
Tapi yang paling pokok dalam masalah ini adalah bahwa dalam hadits inipula terdapat petunjuk bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, meski beliau sedang mengerjakan sesuatu, namun apabila shalat hendak didirikan, maka beliau akan segera meninggalkan keperluannya itu dan segera pergi menuju shalat.
Sehingga atas hal ini, maka Al-Hafizh ibnu Rajab rahimahullah mengatakan :
أن الصلاة إذا قيمت والإنسان فِي شغل بعمل شيء من مصالح دنياه ، فإنه يدعه ويقوم إلى الصلاة ، إماماً كَانَ أو مأموماً .
“Bahwasannya shalat itu apabila hendak didirikan, dan apabila saat itu seseorang sedang mengerjakan suatu urusan yang baik dari hal2 ke-dunia-annya, maka hendaknya dia meninggalkan urusannya itu dan kemudian pergi mendirikan shalat, baik ia adalah seorang imam ataupun sebagai ma’mum.”
(Fathul Bari 6/109)
“Bahwasannya shalat itu apabila hendak didirikan, dan apabila saat itu seseorang sedang mengerjakan suatu urusan yang baik dari hal2 ke-dunia-annya, maka hendaknya dia meninggalkan urusannya itu dan kemudian pergi mendirikan shalat, baik ia adalah seorang imam ataupun sebagai ma’mum.”
(Fathul Bari 6/109)
Dengan ini, kita menjadi tahu apa yang harus kita lakukan saat kita sedang mengerjakan sesuatu dan kemudian pada saat itu kita mendengar adzan atau iqamah dikumandangkan dari masjid.
Bukankah begitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar