Selasa, 23 Juli 2013

'Aqidah Jahmiyyah : "Allah tidak dapat dilihat di akhirat."

 Satu perbedaan pokok lainnya diantara ulama2 Ahlus-Sunnah dan orang2 Jahmiyyah yang dahulu menjadi ciri yang kontras untuk membedakan diantara keduanya, yakni dalam masalah melihat Allah kelak di hari kiamat.
Adapun orang2 Jahmiyyah, maka mereka meyakini hal yang bertentangan dengan apa yang dikatakan dan diyakini oleh para ulama Ahlus-Sunnah.
Orang2 Jahmiyyah itu mengingkari masalah dapat dilihatnya Allah nanti diakhirat.

Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan :
قال وكيع من كذب بحديث إسماعيل عن قيس عن جرير عن النبي صلى الله عليه وسلم في الرؤية فهو جهمي فاحذروه
“Waki’ rahimahullah mengatakan : “Barangsiapa yang mendustakan hadits Isma’il dari Qais dari Jarir radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkenaan dengan masalah melihat Allah, maka ia adalah seorang Jahmiy.”
(Khalq Af’al al-‘ibad war-Radd ‘alal-Jahmiyyah wa Ashabit-Ta’thil hal.11)


Abu Bakar Yahya bin Abi Thalib rahimahullah mengatakan :
وَنُسْلِمُ الْحَدِيثَ وَغَيْرَهُ مِمَّا يُخَالِفُ فِيهِ الْجَهْمِيَّةَ مِنَ الرُّؤْيَةِ وَالصِّفَاتِ
“Dan kami menerima hadits dan selainnya yang ditentang oleh orang2 Jahmiyah dari hal melihat Allah dan shifat Allah.”
(As-Sunnah al-Khalal 1/234)

Dalam masalah melihat Allah ini, orang2 Jahmiyah ini menyepakati orang2 Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah dan Murji’ah yang juga sama2 mengingkarinya.

Sedangkan para ulama Ahlus-Sunnah rahimahumullah, maka sungguh telah tsabit perkataan ulama2 salaf dan khalaf Ahlus-Sunnah rahimahumullah bahwa Allah itu dapat dilihat oleh orang2 mu’min kelak di hari kiamat, yakni dengan mata kepala.
Diantara para ulama Ahlus-Sunnah itu adalah :

1. Qutaibah bin Sa’id rahimahullah mengatakan :
، ونؤمن بالرؤية ، والتصديق بالأحاديث التي جاءت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم في الرؤية حق
“Dan Ahlus-Sunnah beriman tentang melihat kepada Allah, dan membenarkan hadits2 yang haq datangnya dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara melihat Allah ini.”
(Syi’ar Ash-hab Al-Hadits 1/17)

2. Abu Zur’ah rahimahullah dan Abu Hatim rahimahullah berkata :
وأنه تبارك وتعال يرى في الآخرة يراه أهل الجنة بأبصارهم ويسمعون كلامه كيف شاء وكما شاء
“Dan diantara madzhab Ahlus-Sunnah adalah bahwa Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat kelak di akhirat. Semua penduduk surga akan melihat-Nya dengan mata kepala mereka dan mereka dapat mendengar perkataan-Nya sebagaimana Dia kehendaki dan seperti yang Dia kehendaki."
(Syarh Ushulil-I'tiqad Ahlis-Sunnah, 1/198-199)

3. Imam Asy-Syafi'i rahimahullah mengatakan :
والله لو لم يوقن محمد بن إدريس أنه يرى ربه في المعاد لما عبده في الدنيا
"Demi Allah, kalau sekiranya Muhammad bin Idris (yakni beliau sendiri) tidak meyakini bahwa ia akan melihat Rabb-Nya di akhirat, niscaya tidaklah ia  akan menyembah-Nya di dunia”
(Manaqib Asy-Syafi’i 1/419)

4. Imam Malik rahimahullah, beliau mengatakan :
الناس ينظرون إلى الله تعالى يوم القيامة بأعينهم
"Manusia akan melihat Allah Ta’ala pada hari kiamat nanti dengan mata mereka”
(At-Tashdiq bin-Nazhari ila Allah Ta'ala fil-Akhirat halaman 41)

5. Imam Ahmad rahimahullah, beliau mengatakan :
من قال : إن الله تعالى لا يُرى، فهو كافر
“Siapa saja yang mengatakan : "Sesungguhnya Allah tidak dapat dilihat (di akhirat), maka ia telah kafir.”
(Asy-Syari’ah, 2/10)

6. Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan :
والرؤية مختصة بالمؤمنين ، وأما الكفار فلا يرونه سبحانه وتعالى
“Dan melihat Allah ini dikhususkan bagi orang2 mu’min, sedangkan orang2 kafir, maka mereka tidak dapat melihat Allah subhaananu wa ta’ala.”
(Al-Minhaj 5/187)

7. Al-Hafizh ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa Ahlus-Sunnah menjadikan perkara melhat Allah di akhirat kelak sebagai salah satu dari dasar keimanan seseorang.
Beliau rahimahullah berkata:
وهذا من الأدلة القوية لأهل السنة في إثبات رؤية الله تعالى في الآخرة، إذ جعلت من قواعد الإيمان
"Dan hal ini merupakan dalil yang menguatkan bagi Ahlus-Sunnah dalam menetapkan masalah melihat Allah di akhirat kelak, saat Ahlus- Sunnah  menjadikan masalah ini sebagai bagian dari dasar2 iman."
(Fathul-Bari 1/118)

8. Dan yang lainnya.

Na’am, dan demikianlah satu perbedaan lainnya diantara ‘Aqidahnya orang2 Jahmiyyah dan ‘Aqidahnya ulama2 Ahlus-Sunnah.
Semoga kita semua dapat mengenalinya dengan baik dan semoga Allah menjauhkan kita semua dari kesalahan2 dalam ber-‘Aqidah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar