Rabu, 03 September 2014

Isu tentang tajsim dan mujasimah (2)

3. Jism menurut orang2 Jahmiyah, Mu’tazilah, dan kalangan Ahlul-Bid’ah pengingkar shifat2 Allah lainnya

Adapun ahlul-bid’ah di masa ulama2 salaf itu hidup, maka mereka memiliki ta’rif2 dan pemahaman tentang jism yang mereka tetapkan sendiri berdasarkan akal2 mereka, diantaranya adalah sebagai berikut…..

a. Sesuatu yang memiliki jarak, maka itu adalah jism

Hal ini dikemukakan oleh orang2 Jahmiyah sehingga mereka mengatakan :
غير بائن باعتزال ولا بفرجة بينه وبين خلقه كجسم على جسم
“Sesungguhnya Allah….antara Dia dengan makhluk-Nya tidaklah terpisah dengan menyendiri dan tidak pula terpisah dengan jarak seperti jism atas jism.”
(Ar-Radd ‘alal-Basyir al-Marisyi hal. 79)

Menurut mereka, jika saja diantara dua hal itu terdapat jarak, maka pastilah keduanya adalah jism. Dengan ini mereka menetapkan bahwa Allah itu tidaklah terpisah dengan makhluk-Nya.
Dan ini menjadi salah satu alasan mereka untuk menafikan adanya Allah di atas ‘Arsy.



b. Sesuatu yang ada pada arah, maka itu adalah jism

Hal ini dikemukakan oleh orang2 Jahmiyah sehingga mereka mengatakan :
وليس له أعلى ولا أسفل ولا نواحي ولا جوانب ولا يمين ولا شمال
“Tidak ada bagi Allah yang lebih atas, tidak yang lebih bawah, tidak pula arah, tidak sisi, tidak kanan, tidak pula kiri.”
(Ar-Radd ‘alal-Jahmiyyah hal.99)

Dalam ungkapan yang lain dari orang2 Mu’tazilah:
أن إثبات الجهة يوجب إثبات المكان وإثبات المكان يوجب إثبات الجسمية
“Penetapan arah itu mewajibkan penetapan tempat, sedangkan penetapan tempat mewajibkan penetapan jism.”
(Manahij al-Adilah hal.176. Maktabah al Anjalu al Misriyah)

Hal ini kemudian, diikuti oleh Syi’ah dan atas hal ini, maka mereka semua mengingkari adanya Allah di atas ‘Arsy dengan alasan arah dan tempat adalah jism.
Sebagian orang lain mengatakan bahwa Allah itu tidak di atas, tidak di kiri, tidak di kanan, tidak.....dan tidak....sebagaimana dahulu diyakini oleh orang2 Jahmiyah.


c. Sesuatu yang memiliki tangan, maka itu adalah jism

Hal ini dikemukakan oleh orang2 Jahmiyah. Mereka mengatakan :
لا نقول إن الله يدين لأن اليدين لا تكون إلا بالأصابع وكف وساعدين وراحة ومفاصل
“Kami tidak akan mengatakan kalau Allah itu memiliki tangan, sebab tiadalah tangan itu melainkan terdiri dari jari2, bahu, hasta, telapak tangan, dan saling terpisah.”
(Al-Ibanah al-Kubra 6/261)

Mereka juga mengatakan :
اليد إذا لم تكن نعمة لم تكن إلا جارحة .
“Jika tangan itu bukan berarti nikmat, maka berarti itu adalah anggota badan.”
(Al-Ibanah hal.136)

Atas hal ini, mereka mengingkari dua tangan Allah, pendengaran Allah, juga wajah Allah, kaki Allah, dan shifat Dzatiyah lainnya karena beranggapan kalau sesuatu yang memiliki tangan itu pastilah adalah jism.


d. Sesuatu yang dapat dilihat, maka itu adalah jism

Yang ini masyhur dari Syi’ah, dan atas hal ini, maka mereka mengingkari dapat dilihatnya Allah dengan mata kepala kelak di hari kiamat.
Dalam hal ini, mereka menyepakati orang2 Mu’tazilah dan Jahmiyah yang juga sama2 mengingkari dapat dilihatnya Allah dengan mata kepala kelak di akhirat dan mereka menganggap orang2 yang meyakini dapat dilihatnya Allah kelak di akhirat sebagai mujasimah.

Salah seorang ulama mereka mengatakan :
واعلم إن أكثر العقلاء ذهبوا إلى امتناع رؤيته تعالى والمجسمة جوزوا رؤيته لاعتقادهم أنه تعالى جسم
“Ketahuilah, kebanyakan orang2 yang berakal (yakni Syi’ah imamiyah, Mu’tazilah, dsb) berpendapat tidak mungkin Allah ta’ala dapat dilihat, sedangkan orang2 Mujasimah menetapkan kalau Allah dapat dilihat berdasarkan keyakinan mereka kalau Allah itu adalah jism.”
(Kasyful-Murad hal.230)

Hal ini menjadi pegangan orang Syi’ah hingga sekarang.
Salah seorang ulama besar kontemporer mereka yang bernama asyatusy-syi’ah Nashir ash-Shirazi mengatakan :
إننا نعتقد بأنه تبارك وتعالى لا يمكن رؤيته، لأن الشيء الذي يرى بالعين هو جسم
“Sesungguhnya kami meyakini bahwa Allah tabaraka wa ta’ala tidak mungkin dapat dilihat, sebab sesuatu yang dapat dilihat dengan mata adalah jism.”
(‘Aqaid al-Imamiyah hal.9)


e. Suara itu adalah jism

Hal ini ternukilkan dari firqah Mu’tazilah, saat mereka mengatakan :
أن كلام الخالق جسم وأن ذلك الجسم صوت مقطع مؤلف مسموع
“Kalam Allah itu adalah jism, dan bahwa jism itu adalah suara yang terputus-putus, tersusun dan dapat didengar.”
(Maqalat al-Islamiyin 1/153)

Atas hal ini, maka mereka menganggap Al-Quran itu sebagai makhluk, dan atas hal inipula, maka orang2 Jahmiyah mengingkari berbicaranya Allah, dan mengingkari suara Allah.


f. Sesuatu yang bergerak, maka itu adalah jism

Orang2 Jahmiyah yang punya ketetapan seperti ini sehingga mereka mengatakan :
لأنه الحي القيوم…………..
أن تفسير ( القيوم ) الذي لا يزول عن مكانه ولا يتحرك
“Sesungguhnya Allah adalah al-Hayyu (Yang Hidup) al-Qayyum.…
Dan sesungguhnya tafsir al-Qayyum itu adalah tidaklah berpindah dari tempatnya, sehingga Dia juga tidaklah bergerak.”
(Ar-Radd ‘alal-Basyir al-Marisyi hal. 20)

Hal ini menyebabkan mereka mengingkari turunnya Allah ke langit dunia, digenggamnya bumi oleh Allah kelak di hari kiamat, dan berbagai perbuatan Allah lainnya yang menurut mereka melazimkan adanya gerakan.


g. Dan yang lainnya yang tidak perlu disebutkan di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar