Dalam hal ini telah diriwayatkan beberapa hadits (baik marfu’ maupun mauquf) yang menerangkan tentang tata caranya, dan rinciannya adalah sebagai berikut, insya Allah.
Pertama : Shalat Jenazah dilakukan hanya dengan berdiri, tanpa ruku’, tanpa sujud, dan tanpa yang lainnya.
Imam Al-Bukhari rahimahullah mengatakan :
سَمَّاهَا صَلَاةً لَيْسَ فِيهَا رُكُوعٌ وَلَا سُجُودٌ وَلَا يُتَكَلَّمُ فِيهَا وَفِيهَا تَكْبِيرٌ وَتَسْلِيمٌ
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menyebutnya shalat, meski di dalamnya tidak terdapat ruku’, tidak pula sujud, dan tidak pula berbicara. Akan tetapi di dalam shalat jenazah ini terdapat takbir dan salam.”
(Shahih al-Bukhari 2/87)
Kedua : Shalat Jenazah dilakukan dengan 4 kali takbir
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bahwa :
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ وَخَرَجَ بِهِمْ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan tentang wafatnya An-Najasyi. Beliau lalu keluar bersama kaum muslimin menuju tempat shalat, membariskan mereka, kemudian bertakbir pada shalat itu sebanyak 4 kali.”
(Shahih al-Bukhari 2/89)
Imam Al-Baihaqi rahimahullah telah meriwayatkan dari haditsnya ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
إن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يكبر أربعا
“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertakbir 4 kali.”
(Sunan Al-Kubra 4/35 no.6728 Bab Jumlah takbir dalam shalat jenazah. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan : “Sanadnya shahih.”)
Tentang hal ini, imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan :
أكثر أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وغيرهم يرون التكبير على الجنازة أربع تكبيرات وهو قول سفيان الثوري و مالك بن أنس و ابن المبارك و الشافعي و أحمد و إسحق
“Kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat2 Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya memandang bahwa takbir dalam shalat jenazah itu adalah 4 kali. Ini adalah pendapatnya Sufyan Ats-Tsauri, Malik bin Anas, ibnul-Mubarak, Asy-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”
(Sunan At-Tirmidzi 3/342)
Namun, sebagai catatan, perlu pula untuk diketahui bahwa dalam hal ini sebagian sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam melakukan takbir dalam shalat jenazah ini ada yang 3 kali. Sebagian sahabat Nabi yang lain bertakbir 5 kali, 6 kali dan juga 7 kali.
Takbir 3 kali ternukil secara shahih dari ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu.
Takbir 5 kali ternukil secara shahih dari Zaid bin Arqam radhiyallaahu ‘anhu, dan beliau menisbatkannya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Takbir 6 kali dan 7 kali ternukil secara shahih dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu.
Semua pendapat ini ternukil dan diamalkan oleh sebagian sahabat2 Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga : Setiap takbir dalam Shalat Jenazah dilakukan sambil mengangkat tangan.
Imam Al-Baihaqi rahimahullah meriwayatkan dari Nafi’ bahwa :
بن عمر أنه كان يرفع يديه على كل تكبيرة من تكبير الجنازة
“Ibnu ‘Umar mengangkat tangannya di setiap takbir dalam takbir shalat jenazah.”
(Sunan Al-Kubra 4/44 no.6784 Bab Mengangkat tangan dalam setiap takbir. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan : “Sanadnya shahih.”)
Tentang hal ini, Imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan :
فرأى أكثر أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وغيرهم أن يرفع الرجل يديه في كل تكبيرة على الجنازة وهو قول ابن المبارك و الشافعي و أحمد و إسحق
“Sebagian besar ahli ilmu dari kalangan sahabat2 Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya berpendapat bahwa seseorang yang shalat itu mengangkat tangannya dalam setiap takbir dalam shalat jenazah. Ini adalah pendapatnya ibnul-Mubarak, Asy-Syafi’i, Ahmad dan Ishaq.”
(Sunan At-Tirmidzi 3/388)
Imam Asy-Syafi’I rahimahullah mengatakan :
ويكبر على الجنائز أربعا ويرفع يديه مع كل تكبيرة ويسلم عن يمينه وشماله عند الفراغ
“Bertakbir dalam shalat jenazah 4 kali, dan mengangkat tangan bersamaan dengan tiap2 takbir. Kemudian, mengakhirinya dengan bersalam ke sebelah kanan dan ke sebelah kiri.”
(Al-Umm 2/646)
Akan tetapi, perlu juga diketahui bahwa dalam hal ini, sebagian ulama berpendapat bahwa mengangkat tangan itu hanya dilakukan di takbir pertama saja.
Perbedaan pendapat ini pernah disinggung oleh Imam At-Tirmidzi rahimahullah yang mengatakan :
وقال بعض أهل العلم لا يرفع يديه إلا في أول مرة وهو قول الثوري و أهل الكوفة
“Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa seseorang itu tidaklah mengangkat tangannya kecuali hanya pada takbir pertama. Ini adalah pendapatnya Ats-Tsauri dan penduduk Kufah.”
(Sunan At-Tirmidzi 3/388)
Dan diantara yang berpendapat seperti ini adalah ulama2 dari kalangan madzhab Maliki, akan tetapi dengan catatan bahwa mengangkat tangan dalam setiap takbir-pun tetaplah boleh menurut mereka.
Al-Qairuni rahimahullah mengatakan :
والتكبير على الجنازة أربع تكبيرات يرفع يديه في أولاهن وإن رفع في كل تكبيرة فلا بأس
“Takbir dalam shalat jenazah itu adalah 4 kali, sambil mengangkat tangan di takbir pertamanya. Tapi jika mengangkat tangan itu dilakukan di semua takbir, maka tidak mengapa.”
(Ar-Risalah fi Fiqh Al-Imam Malik 1/55)
Keempat : Apa yang dibaca setelah takbir yang 4 kali tersebut?
Adapun dalam takbir pertama, maka seseorang itu hendaklah membaca surat Al-Fatihah sebagaimana hal ini telah diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari rahimahullah dalam Ash-Shahih.
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dari haditsnya Thalhah bin ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata :
صَلَّيْتُ خَلْفَ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا عَلَى جَنَازَةٍ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ لِيَعْلَمُوا أَنَّهَا سُنَّةٌ
“Aku shalat di belakang ibnu ’Abbas radhiyallaahu ‘anhuma dalam shalat jenazah, maka ibnu ‘Abbas membaca Al-Fatihah, lalu setelah selesai, ia berkata : “Agar kalian mengetahui bahwa ini termasuk sunnah.”
(Shahih al-Bukhari 2/89 no.1335)
Tentang masalah ini, imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan :
والعمل على هذا عند بعض أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه و سلم وغيرهم يختارون أن يقرأ بفاتحة الكتاب بعد التكبيرة الأولى
“Hadits ini diamalkan oleh sebagian ahli ilmu dari kalangan sahabat2 Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya. Mereka memilih untuk membaca Al-Fatihah sesudah takbir pertama.”
(Sunan At-Tirmidzi 2/89)
Kemudian, dalam takbir kedua seseorang itu hendaklah membaca shalawat atas Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah meriwayatkan dari haditsnya Abu Umamah radhiyallaahu ‘anhu bahwa salah seorang sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepadanya :
أن السنة في الصلاة على الجنازة أن يكبر الإمام ثم يقرأ بفاتحة الكتاب بعد التكبيرة الأولى سرا في نفسه ثم يصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ويخلص الدعاء للميت
“Merupakan sunnah (Nabi) dalam shalat jenazah bahwa imam bertakbir kemudian membaca Al-Fatihah sesudah takbir pertama secara sirr, kemudian ia bershalawat atas Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam, lalu mengikhlaskan do’a untuk si mayit.”
(Al-Umm 2/608)
Sehingga dalam hal ini, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan :
يكبر أربعا على الجنائز يقرأ في الأولى بأم القرآن ثم يصلى على النبي و يدعو للميت
“Bertakbir 4 kali dalam shalat jenazah, membaca Al-Fatihah pada takbir pertama, kemudian membaca shalawat atas Nabi, lalu berdo’a untuk si mayit.”
(Al-Umm 2/608)
Lalu dalam takbir ketiga, yang dibaca adalah do’a untuk si mayit, berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas dari imam Asy-Syafi’i rahimahullah. Atau dikatakan pula bahwa disukai untuk mendo’akan atau memintakan ampunan untuk kaum muslimin dan muslimat secara umum bersamaan dengan mendo’akan si mayit, sebagaimana hal ini telah diriwayatkan dalam sebagian lafazh do’a yang diriwayatkan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hal ini, ada beberapa do’a yang termasuk do’a2 yang telah tsabit berasal dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Di sini, insya Allah, akan disebutkan dua do’a diantaranya.
1. Imam An-Nasa’i rahimahullah meriwayatkan dari haditsnya ‘Auf bin Malik radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم صلى على جنازة يقول اللهم اغفر له وارحمه واعف عنه وعافه وأكرم نزله ووسع مدخله واغسله بماء وثلج وبرد ونقه من الخطايا كما ينقي الثوب الأبيض من الدنس وأبدله دارا خيرا من داره وأهلا خيرا من أهله وزوجا خيرا من زوجه وقه عذاب القبر وعذاب النار
Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam men-shalatkan jenazah, dan beliau berdo’a :
“Allaahummaghfir lahu warhamhu wa’fu ‘anhu wa ‘aafihi wa akrim nuzulahu wa wassi’ mudkhalahu waghsilhu bi maa-in wa tsaljin wa baradin.
Wa naqqihi minal-khathaayaa kamaa yunaqqats-tsaubul-abyadhu minad-danas, wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khairan min ahlihi, wa zaujan khairan min jauzihi, wa qihi ‘adzaabal-qabri wa ‘adzaaban-naar.”
(Sunan An-Nasa’i 4/73 no.1983. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini : “Shahih”)
Terjemah do’a di atas :
“Ya Allah, ampunilah ia, rahmatilah ia, selamatkanlah ia, maafkanlah ia, muliakanlah saat turunnya, lapangkanlah kuburnya, mandikanlah ia dengan air, salju dan embun.
Bersihkanlah ia dari kesalahan sebagaimana baju putih yang bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya, dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
Bersihkanlah ia dari kesalahan sebagaimana baju putih yang bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya, dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.”
2. Imam Al-Baihaqi rahimahullah meriwayatkan dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا صلى على جنازة قال اللهم اغفر لحينا وميتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا اللهم من أحييته منا فأحيه على الإسلام ومن توفيته منا فتوفه على الإيمان
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila men-shalatkan jenazah beliau berdo’a :
“Allaahummaghfir li hayyinaa wa mayyitinaa wa syaahidinaa wa ghaa-ibinaa wa shaghiirinaa wa kabiirinaa wa dzakirinaa wa untsaanaa.
Allaahumma man ahyaitahu minnaa fa-ahyihi ‘alal-islaam wa man tawaffaitahu minnaa fatawaffahu ‘alal-iimaan.”
(Sunan Al-Kubra 4/41 no.6762. Shahih)
Terjemah do’a di atas :
“Ya Allah, ampunilah orang yang hidup diantara kami dan orang yang meninggal diantara kami. Ampuni pula orang yang hadir diantara kami dan orang yang tidak hadir. Ampunilah anak2 kecil kami, dan orang2 dewasa diantara kami, dan ampunilah kaum laki2 diantara kami dan kaum wanitanya.
Ya Allah, barangsiapa yang Engkau biarkan hidup diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam Islam. Dan barangsiapa yang Engkau wafatkan diantara kami, maka wafatkanlah ia dalam keadaan iman.”
Ya Allah, barangsiapa yang Engkau biarkan hidup diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam Islam. Dan barangsiapa yang Engkau wafatkan diantara kami, maka wafatkanlah ia dalam keadaan iman.”
Terakhir….
Dalam takbir yang keempat atau takbir terakhir, hendaknya seseorang itu berdo’a kembali sejenak lalu setelah itu mengucapkan salam.
Imam Ibnu Majah rahimahullah. Beliau telah meriwayatkan dari haditsnya ‘Abdullah bin Abi ‘Aufa radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ كَانَ يُكَبِّرُ أَرْبَعًا ، ثُمَّ يَمْكُثُ سَاعَةً ، فَيَقُولُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقُولَ ، ثُمَّ يُسَلِّمُ.
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bertakbir 4 kali, kemudian diam sejenak, dan beliau mengucapkan sesuatu sebagaimana yang Allah kehendaki, lalu beliau mengucapkan salam.”
(Sunan ibnu Majah 2/470 no.1503. Meski sanad yang ini adalah dha’if, akan tetapi hadits ini adalah shahih dari jalur sanad yang lain)
Kelima : Bagaimana cara salam saat mengakhiri Shalat Jenazah ?
Cara salam dalam shalat jenazah adalah sama seperti cara shalat dalam shalat2 yang lain. Perbedaannya hanyalah bahwa salam dalam shalat jenazah dilakukan sambil berdiri.
Dalam hal ini, Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan :
ويكبر على الجنائز أربعا ويرفع يديه مع كل تكبيرة ويسلم عن يمينه وشماله عند الفراغ
“Bertakbir dalam shalat jenazah itu 4 kali, sambil mengangkat tangan bersamaan dengan tiap2 takbir, kemudian diakhiri dengan bersalam ke sebelah kanan dan kiri.”
(Al-Umm 2/646)
Dan telah datang hadits yang shahih yang menyebutkan bahwa bersalam dalam shalat jenazah itu adalah sama seperti bersalam dalam shalat2 yang lain, yakni hendaklah seseorang itu berpaling ke sebelah kanan (dan kiri) sambil mengucapkan : “Assalaamu’alaikum warahmatullah”.
Imam Al-Baihaqi rahimahullah telah meriwayatkan dari haditsnya ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
ثلاث خلال كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يفعلهن تركهن الناس إحداهن التسليم على الجنازة مثل التسليم في الصلاة
“Tiga perkara yang dilakukan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam namun ditinggalkan oleh manusia, salah satunya adalah bersalam dalam shalat jenazah sebagaimana bersalam dalam shalat (lainnya-pen).”
(Sunan Al-Baihaqi 4/43 no.6780)
Adapun hadits yang menyebutkan bahwa salam dalam shalat yang lain itu adalah dengan cara berpaling ke sebelah kanan dan kiri sambil mengucapkan : “Assalaamu’alaikum warahmatullah” adalah sebagaimana diriwayatkan oleh imam At-Tirmidzi rahimahullah dari haditsnya ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu bahwa :
النبي صلى الله عليه و سلم أنه كان يسلم عن يمينه وعن يساره السلام عليكم ورحمة الله السلام عليكم ورحمة الله
“Nabi shallallaahu ‘alaihi was allam, beliau bersalam ke sebelah kanan dan sebelah kiri beliau, (sambil mengucapkan) : “Assalaamu’alaikum wa rahmatullaah.”
(Sunan At-Tirmidzi 2/89 no.295. Imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan bahwa hadits ini : “Hasan Shahih.”)
Namun, perlu juga diketahui, bahwa dalam hal salam sebagai penutup shalat ini, sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya telah berpendapat bahwa yang diwajibkan itu hanyalah 1 kali salam, yakni hanya ke sebelah kanan saja, sedangkan yang kedua (ke sebelah kiri) adalah sunnah.
Bahkan, telah diriwayatkan pula bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersalam satu kali dalam shalat jenazah yang menunjukan akan bolehnya mengucapkan salam hanya satu kali dalam shalat jenazah.
Imam Ad-Daruquthni rahimahullah telah meriwayatkan dari haditsnya Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata :
أن رسول الله صلى الله عليه و سلم صلى على جنازة فكبر عليها أربعا وسلم تسليمة واحدة
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat jenazah, maka beliau bertakbir empat kali, dan bersalam satu kali.”
(Sunan Ad-Daruquthni 2/72. Syaikh Al-Albani rahimahullah mengatakan : “Isnadnya hasan.”)
Demikian, dan wallaahu a’lam.
wah makasih yah mas, kebetulan dipesantren saya ada tugas untuk mencari makalah seperti ini. saya mint yaaa hehehe :) nice share makasih :)
BalasHapussehatisme
Silahkan kang. Insya Allah, bebas untuk dicopy.
Hapus